Laporan Bacaan 10

Nama: Erani Kholifah

Nim: 11901022

Kelas: PAI 4D

Makul: Magang 1

LAPORAN BACAAN JURNAL

Identitas Jurnal

Judul: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PAI DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA

Penulis: Mokh. Imron Rosyadi

Volume 7, Nomor 2, 2019: 64 – 80

 

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pendahuluan

Jurnal yang dilaporkan pada pertemuan kali ini adalah jurnal yang berjudul Pengembangan perangkat pembelajaran PAI dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa SMA yang di tulis oleh Mokh. Imron Rosyadi pada tahun 2019.

Jurnal ini menjelaskan tentang Pengembangan Perangkat pembelajaran PAI dan Implementasi pendekatan saintifik.

Pendidikan agama menjadi mata pelajaran wajib pada setiap satuan Pendidikan di Indonesia guna mewujudkan bangsa yang berkarakter dan berakhlak Mulia, hal tersebut sesuai dengan amanat UU nomor 20 tahun 2003. Di sisi lain UNESCO juga telah merumuskan empat pilar pendidikan yakni learning to know, Learning to do, learning to be dan learning to live together menjadi acuan penting Dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan harapan perubahan perilaku dapat dilakukan melalui pendidikan dan melalui proses pembelajaran yang berkualitas dapat memunculkan potensi manusia yang selalu memiliki rasa ingin tahu yang Tinggi. Artinya kalau perubahan perilaku ke arah yang lebih baik tidak tercapai dan rasa ingin tahu siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya tidak muncul berarti Guru telah gagal menjalankan tugasnya.

Mata pelajaran PAI sangatlah kompleks, luas, dan mendalam yang meliputi Berbagai sendi kehidupan umat Islam. Dimensi teoritis pembelajarannya lebih Bertujuan untuk mendapatkan “instructional effect” dari apa yang telah diajarkan, Sedangkan pada dimensi yang bersifat praktis memiiki maksud agar berbagai bentuk Ibadah harus diamalkan sesuai dengan tuntunannya (syariah), asumsinya Pembelajaran ini bukan hanya berkenaan dengan kognitif saja, akan tetapi harus Menjadi karakter secara afektif dan dituangkan dalam perbuatan (psikomotorik) Siswa (Ismail, 2008 : 23). Beberapa hal yang perlu kita identifikasi adalah Bagaimana proses pembelajaran PAI ini dilakukan oleh guru, mulai dari Pengembangan pelaksanaan pembelajarannya hingga sampai instrumen evaluasi yang dirancang untuk mencapai setiap kompetensi hasil belajar. Kalau melihat kenyataan memang hasil belajar mata pelajaran PAI sebenarnya memuaskan, tapi hal ini seperti tidak memiliki pengaruh terhadap sikap yang seharusnya mereka tampilkan.

Pemaknaan siswa terhadap ajaran agama dapat ditentukan oleh penafsiran dan pemahamannya terhadap teks-teks keagamaan, yakni Al Qur’an dan Hadist. Pemaknaan dalam pandangan aliran pendidikan konstruktivistik dapat dibentuk oleh stimulus eksternal (pengalaman apa yang dilihat, diraba dan didengarkannya), kemudian dikonstruksi oleh dan dari dalam diri siswa. Keterkaitan antara stimulus eksternal dengan pengetahuan awal siswa (pre-understanding) pada gilirannya membuahkan pemahaman dan pemaknaan yang inheren dalam dirinya. (Bimo Walgito, 1990: 54).

Laporan Bacaan

Jurnal yang dilaporkan pada pertemuan kali ini adalah jurnal yang berjudul Pengembangan perangkat pembelajaran PAI dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa SMA yang di tulis oleh Mokh. Imron Rosyadi pada tahun 2019.

A. Pengembangan Perangkat Pembelajaran PAI

Pembelajaran menurut Sagala (2010), merupakan proses komunikasi dua

arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan proses belajar dilakukan oleh siswa. Menurut Trianto (2007), hakikat pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Knirk & Gustafson dalam Sagala, 2010). Dalam hal ini pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan desain pembelajaran secara sistematis. Oleh sebab itu diperlukan konsep tentang pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif dikelas. Sehingga persiapan terhadap berbagai ruang lingkup desain pembelajaran penting dalam memilih model, pendekatan dan strategi dalam mengimplementasikan proses pembelajaran dengan tujuan agar pengalaman belajar yang berpusat pada siswa mampu memunculkan potensi berpikir siswa.

Adapun pengembangan yang dilakukan yaitu menggunakan model Borg & Gall, yakni diawali dengan kegiatan analisis kebutuhan sehingga diperoleh Perangkat pembelajaran hipotetik menggunakan metode penelitian kualitatif. (Ningrum, 2018). Selanjutnya dilakukan proses pengujian secara bertahap guna Menyempurnakan produk yang masih bersifat hipotetik tersebut melalui kegiatan Eksperimen. Pada tahap akhir pengujian dan penilaian pada setiap tahapan Eksperimen produk ini dapat diaplikasikan kepada penggunanya, khususnya bagi mahasiswa jurusan PAI sebagai persiapan praktik mengajar dan kemudian bagi guru PAI pada jenjang SMA. Selanjutnya secara rinci tahapan dalam kegiatan penelitian Dengan model pengembangan Borg & Gall adalah sebagai berikut :

1. Research and Information Collecting

Pada tahap awal ini adalah melakukan studi literatur berkaitan dengan Permasalahan yang dikaji, observasi terhadap objek, dan persiapan untuk Merumuskan kerangka kerja penelitian.

2. Planning

Yakni tahapan untuk menyusun rencana pengembangan perangkat pembelajaran yang dimulai dengan merumuskan kecakapan atau keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan pengembangan, desain pengembangan dan melaksanakan studi kelayakan secara terbatas.

Pokok bahasan dalam silabus dilaksanakan dengan dua kali tatap muka,

pertama memahami pelaksanaan tata cara merawat jenazah, indikator yang harus tercapai adalah siswa mampu menjelaskan secara teoritis hal-hal yang berkaitan dengan prosesi tata cara merawat jenazah. Kemudian pada pertemuan ke dua adalah memperagakan tata cara merawat jenazah, indikatornya adalah siswa mampu mempraktekan tata cara merawat jenazah.

3. Develop Preliminary Form Of Product

Setelah ditentukan pokok bahasan, kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator pencapaiannya, pada tahapan ini adalah mengembangkan desain permulaan dari perangkat pembelajaran merawat jenazah, selanjutnya menyiapkan komponen pendukung berupa model pembelajaran, strategi, media pembelajaran dan RPP sebagai pedoman implementasinya. Kemudian perlu dipersiapkan pula instrumen untuk melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung seperti pengembangan bahan pembelajaran, acuan proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi.

4. Preliminary Field Testing

Melakukan uji coba awal desain perangkat pembelajaran pokok bahasan merawat jenazah dalam skala terbatas kepada beberapa siswa kelas XI sebanyak 5 – 10 siswa dan membaginya menjadi dua kelompok. Pada tahap ini pengumpulan dan analisis data dilakukan dengan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang meliputi : keterlibatan individu dalam menyelesaikan tugas kelompok, keaktifan individu dalam mendiskusikan lembar kerja kelompok, kemampuan setiap individu dalam bertanya dan mengungkapkan pendapatnya, sikap setiap individu sebagai pendengar aktif dalam proses diskusi dan kemampuan setiap kelompok dalam menyimpulkan hasil diskusi kelompoknya masing-masing. Hal yang perlu dijadikan catatan adalah kemampuan awal siswa dan keterlibatan siswa dalam menyelesaikan lembar kerja secara berkelompok.

5. Main Product Revision

Yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal yang dihasilkan pada Saat kegiatan uji coba lapangan skala terbatas. Berdasarkan kegiatan pada tahap Ke empat terjadi beberapa permasalahan yang berkaitan dengan alokasi waktu yang tersedia dan kesiapan siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok. Adapun lembar kerja tersebut adalah yang berkaitan dengan prosesi perawatan jenazah Dalam kondisi khusus. Referensi yang disediakan belum memenuhi kebutuhan Siswa untuk membahas permasalahan yang ada dalam lembar kerja kelompok Tersebut.

6. Main Field Testing

Merupakan tahapan yang penting, karena pada tahap ini adalah kegiatan Uji coba utama yang melibatkan pihak secara lebih luas lagi dibandingkan pada Tahap ke empat. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif, terutama Terhadap kualitas produk sebelum dan sesudah penerapan uji coba. Hasil yang Dihimpun dari tahapan ini merupakan evaluasi terhadap pencapaian hasil uji Coba (desain perangkat), pada tahap ini jika memungkinkan menggunakan Rancangan penelitian eksperimen dengan cara membandingkan dengan Kelompok kontrol.

7. Operational Product Revision

8. Operational Field Testing

9. Final Product Revision

10. Dissemination And Implementation

 

B. Implementasi Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik pada dasarnya merupakan suatu pendekatan yang Diadopsi dari taksonomi pengetahuan yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom (New York, 1956: 20 – 24), selanjutnya taksonomi revisi yang dikembangkan oleh Krathwoll dengan mengklasifikakan tingkatan dalam berpikir pada ranah kognitif. (Benny A. Pribadi, 2016: 92). Adapun penerapan pendekatan saintifik pada Pembelajaran PAI pokok bahasan merawat jenazah berdasarkan taksonomi tersebut Di atas, secara berurutan adalah sebagai berikut:

1. Mengingat

Merupakan kemampuan berpikir paling dasar yakni suatu proses yang mengandalkan ingatan dalam proses belajar, dalam hal ini adalah kemampuan siswa dalam mengetahui tata cara merawat jenazah yang dimulai dengan tata cara memandikan, mengkafani, menyolatkan, dan menguburkan.

Tahapan ini sebisa mungkin dilakukan oleh siswa kelas XI melalui pemberian tugas menghimpun informasi dan membaca referensi mengenai ke empat tata cata perawatan jenazah.

2. Memahami

Jenjang kedua yakni kemampuan siswa untuk memahami dan menjelaskan mengapa jenazah harus dimandikan (disucikan) terlebih dahulu, bagaimana cara mengkafani, menjelaskan mengapa harus dishalatkan dan mengapkela shalatnya Berdiri (tanpa ruku’ dan sujud), serta mengapa harus dibuatkan liang lahat pada Tempat menguburkannya.

3. Menerapkan

Jenjang ketiga adalah kemampuan siswa dalam mempraktikan tata cara memandikan, mengkafani, menyolatkan, dan menguburkan.

4. Menganalisis

Jenjang keempat adalah kemampuan siswa dalam memanfaatkan informasi yang telah diperolehnya kemudian mengembangkannya menjadi pendapat atau buah pemikiran dari setiap individu. Hal ini dilakukan pada saat tatap muka kedua, kemampuan berpikir kritis siswa dapat diamati ketika mendiskusikan kematian dalam kondisi khusus.

5. Mencipta

Pada pendekatan berpikir tingkat tinggi ini dapat dilihat dari bagaimana cara siswa menanggapi presentasi kelompok lain yang membahas kematian dalam kondisi khusus yang berbeda kasus antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Implementasi pendekatan saintifik sebagaimana tersebut di atas Menggambarkan aktifitas dan tingkah laku yang diawali dari keterampilan berpikir Tingkat rendah (basic thinking skill), yakni mengetahui, memahami, dan Menerapkan, (Elizabeth Tjahjadarmawan, 2016: 12), yang dalam penelitian ini Dilakukan oleh siswa sebelum tatap muka dilakukan. Adapun strategi yang digunakan adalah melalui pemberian tugas kepada siswa pada pertemuan Sebelumnya.

Pada tahap selanjutnya yakni menerapkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill), dalam proses pembelajaran di kelas keterampilan tersebut meliputi beberapa aspek yang dimulai dari mengumpulkan informasi, Menyeleksi informasi, menganalisis informasi, dan kemudian membuat kesimpulan Berdasarkan informasi yang diperolehnya (Elizabeth Tjahjadarmawan, 2016 : 13).

Dalam penelitian keterampilan berpikir tingkat tinggi ditunjukan pada saat siswa menyelesaikan tugas prosesi perawatan jenazah dalam kondisi khusus sebagaimana disebutkan pada tahap ke dua dalam pengembangan perangkat pembelajaran.

Konsep tersebut didasarkan atas pandangan bahwa masyarakat merupakan Tempat praktek atau laboratorium belajar yang lebih besar dari pada sekolah. Siswa Mendapatkan pengalaman-pengalaman yang riil di masyarakat, yakni dengan cara menghubungkan siswa dengan masyarakat melalui kegiatan wawancara atau Konsultasi permasalahan pada mata pelajaran PAI yang memang membutuhkan ahli dalam menyelesaikan masalah tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan Potensi berpikir dan menganalisis informasi sesuai dengan fenomena yang terjadi diLingkungan masyarakatnya.

Fenomena di atas mengharuskan lembaga sekolah melalui proses pembelajaran dapat berfungsi maksimal menyiapkan siswanya untuk menghadapi Berbagai masalah dalam kehidupannya baik di dalam rumah tangga maupun di masyarakat. Hal itulah yang menyebabkan siswa harus dibekali berbagai Keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan nyata serta dibimbing Agar dapat mengatasi berbagai persoalan dan mencari solusi penyelesaiannya dengan menyandarkan pada Al Qur’an, Hadist maupun Ijma’ bukan berdasarkan pemikiran sendiri yang tanpa menggantungkan pada pedoman agama Islam.


Cukup Sekian Materi yang dapat saya sampaikan, 

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamith Thariq

Summassalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh. 

𝐓𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 kasih💙

                      

                               💙 ارنى خلىة