Laporan Bacaan 5

Nama: Erani Kholifah

Nim: 11901022

Kelas: PAI 4D

Makul: Magang 1

LAPORAN BACAAN JURNAL

Identitas Jurnal:

Judul: KONSEP MANAJEMEN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

Penulis: Sunhaji

Sumber:http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/jurnalkependidikan/article/view/551/494

Vol. II No. 2 November 2014

 

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pendahuluan

Jurnal yang dilaporkan pada pertemuan kali ini adalah jurnal yang berjudul Konsep Manajemen Kelas Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran yang ditulis oleh Sunhaji pada 2 November 2014.

Jurnal ini menjelaskan tentang Manajemen Kelas Dalam Pembelajaran. Yang terdiri dari pengertian Pembelajaran, manajemen kelas, Berbagai Pendekatan, Teknik Disiplin dan Kontrol Kelas.

Keterampilan mengelola kelas merupakan salah satu keterampilan dasar mengajar yang bertujuan untuk mewujudkan dan mempertahankan suasana pembelajaran yang optimal, artinya kemampuan ini erat hubungannya dengan kemampuan profesional guru untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan, menyenangkan peserta didik dan menciptakan disiplin belajar secara sehat. Kondisi hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai komponen. Kedudukan dan peran guru sering dianggap sebagai komponen yang paling bertanggungjawab di dalam sistem pendidikan. Rochman Natawijaya mengutip pendapat C.E Beeby yang menonjol dua kelompok tentang faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, yakni: faktor sosial, ekonomi, dan administratif di satu pihak dan pihak lain adalah faktor profesional (Beeby : 29, 35 dalam Natawijaya : 1991)

Berbicara tentang faktor profesional, guru akan memilki porsi Terbesar dalam pemberian kontribusinya terhadap mutu pendidikan. Dengan demikian merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap guru untuk memiliki kemampuan-kemampuan yang dituntut oleh profesinya tersebut. Sejalan Dengan itu, menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1998: 213) mengatakan bahwa: “Guru yang baik adalah guru yang berhasil dalam pengajaran. Guru yang berhasil dalam pengajaran adalah guru yang mampu mempersiapkan peserta didik mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Untuk membawa peserta didik mencapai tujuan-tujuan itu, guru perlu memiliki berbagai kemampuan atau klasifikasi profesional. Karena melalui kemampuan-kemampuan tersebut guru melaksanakan peranan-peranannya.”

Sehubungan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, Johnson (1980: 12) mengungkapkan: “Adanya 6 (enam) unsur Kompetensi guru, yaitu unsur tingkah laku nyata (performance), bahan pengajaran profesional, proses, penyesuaian diri dan unsur sikap yang mendukung performance. Berikutnya, keenam unsur tersebut akan muncul dalam satu bentuk tingkah laku nyata guru dalam proses pembelajaran.”

Pendidikan guru di Indonesia menggunakan pendekatan PGBK (Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi). Melalui lembaga ini diharapkan para lulusannya memiliki kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan(1980: 43) merumuskan 10 (sepuluh) kemampuan yang harus dimiliki oleh Seorang guru, yakni:

1.     Menguasai bahan ajaran

2.     Mampu mengelola proses belajar mengajar

3.     Mampu mengelola kelas

4.     Mampu menggunakan media/sumber belajar

5.     Menguasai landasan-landasan pendidikan

6.     Mampu mengelola interaksi belajar mengajar

7.     Mampu menilai prestasi siswa dalam proses belajar mengajar

8.     Mempunyai melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan

9.     Mengenal dan melaksanakan administrasi pengajaran

10.  Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian Pendidikan.

Melalui uraian di atas, diketahui bahwa pengelolaan kelas merupakan bagian integral dari kemampuan-kemampuan profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi seorang guru maupun calon guru untuk mengabaikan kemampuan ini karena tujuan dari PGBK seperti yang dinyatakan oleh Natawijaya (1991), mensyaratkan keterpaduan yang sistematik dalam pencapai tujuan.

 

Laporan Bagian Jurnal

Jurnal yang dilaporkan pada pertemuan kali ini adalah jurnal yang berjudul Konsep Manajemen Kelas Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran yang ditulis oleh Sunhaji pada 2 November 2014.

A.    Pengertian Pembelajaran

Proses pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar, sehingga situasi tersebut merupakan peristiwa belajar (event of learning) yaitu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku dari siswa. Perubahan tingkah laku dapat terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Selanjutnya, Gagne (1998: 119-120) menjelaskan bahwa

terjadinya perubahan tingkah laku tergantung pada dua faktor, yaitu faktor

dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam yang mempengaruhi

belajar siswa adalah keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Termasuk

faktor jasmani/aspek fisiologis seperti tonus (tegangan otot), kebugaran tubuh siswa, faktor rohaniah/faktor psikologis seperti motivasi, tingkat kecerdasan, bakat dan sikap siswa. Faktor dari luar yang mempengaruhi belajar siswa meliputi faktor lingkungan sosial dan non sosial, termasuk faktor sosial seperti guru dan teman-teman sekolah, faktor non sosial seperti gedung sekolah, letak geografis sekolah, lingkungan keluarga, cuaca dan waktu belajar yang digunakan.

Dari beberapa definisi tentang belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses berubahnya tingkah laku (change in behavior) yang disebabkan karena pengalaman dan latihan. Pengalaman dan latihan adalah aktivitas guru sebagai pebelajar dan aktivitas siswa/peserta didik sebagai pembelajar. Perubahan perilaku tersebut dapat berupa mental maupun fisik.

 

B.    Manajemen Kelas

Perlunya kemampuan mengelola kelas yang dimiliki oleh seorang Guru karena pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar, yang Ditandai dengan perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif maupun psikomotorik. (Sunaryo dan Nyoman, 1996: 75). Dampak pembelajaran dapat dibedakan ke dalam bentuk langsung atau proses interaksi antara guru dan peserta didik, antara peserta didik dengan iklim atau suasana belajar yang dikembangkan. Hal ini diperlukan Supaya sistematik yang berkaitan dengan pengembangan lingkungan belajar yang diciptakan oleh guru agar tujuan pembelajaran tercapai.

Bila diperhatikan, sebenarnya banyak permasalahan manajemen yang muncul disebabkan oleh permasalahan disiplin dan kontrol kelas itu sendiri. Di antara faktor-faktor tersebut yang harus diperhatikan adalah bahwa Sering kali permasalahan disiplin dan kontrol kelas justru lebih banyak Timbulnya oleh perilaku guru kelas. Oleh karena itu, dalam mengupayakan Suatu kondisi kelas yang disiplin dan terkontrol, sudah seharusnya seseorang Melakukan kontrol terhadap perilakunya sendiri.

Tampak jelas bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran ๐ฒang tidak semata-mata memberikan dampak instruksional, tetapi juga memberikan dampak iringan positif.Proses pembelajaran akan selalu berlangsung dalam suatu adegan kelas. Adegan kelas itu perlu diciptakan dan dikembangkan menjadi wahana bagi berlangsungnya pembelajaran yang efektif. Hal ini tentu saja harus didukung oleh kemampuan guru dalam mengelola kelas.

Tampak bagi para guru bahwa aspek manajemen masih dianggap sebagai suatu kegiatan yang bersifat sekunder dibanding instruction. Padahal, apabila mengingat urgensinya, kedua hal tersebut merupakan aspek yang akan menentukan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mengabaikan salah satunya. Aspek kritis keberhasilan manajemen kelas terletak pada penggunaan pendekatan-pendekatan dan teknik-teknik disiplin dan kontrol kelas (Kourilisky dan Quaranta, 1987 : 29). Pernyataan di atas menyiratkan bahwa disiplin dan kontrol kelas merupakan bagian dari pengelolaan kelas.

 

C.    Berbagai Pendekatan, teknik disiplin, dan kontrol kelas.

Menurut Biggs and Telfer (1987: 378) guru dapat memilih pendekatan yang berada pada dua kubu yang bersifat ekstrim. Yaitu antara High structure decision dengan low structure decision.

1.     High structure decision

Suatu keputusan yang ditekankan pada aturan guru dalam Menciptakan lingkungan belajar. Di sini siswa relatif sedikit diberi Pilihan, oleh karena itu aturan-aturan yang berasal dari siswa pun Relatif sedikit

2.     Low structure decision Siswa diberi banyak pilihan dan kesempatan dalam menentukan Pengalaman belajar yang akan diperolehnya melalui otonomi yang Maksimum.

Pendekatan yang pertama tampak dipengaruhi oleh metode Ekspositorik, sedangkan yang keduanya sebaliknya, yakni metode-metode Yang berpusat pada siswa. Walaupun pendekatan tersebut berada pada titik Yang berlawanan, tetapi dalam pelaksanaan akan bersifat continuum. Pemilihan pendekatan ini akan sangat ditentukan oleh situasi, kondisi dan Kebutuhan pada saat itu. Dengan demikian, pada suatu saat keputusan yang Diambil akan berada pada titik paling ekstrim dan otoritas guru dan saat lain Mungkin berada di antara otonomi maksimum siswa dan otoritas guru.

Selanjutnya kita dapat menyimak berbagai pendekatan pengelolaan kelas yang diungkapkan Sunaryo (1989) secara sederhana:

·       Pendekatan Kekuasaan

·        Pendekatan Ancaman/Intimidasi

·       Pendekatan Kebebasan

·       Pendekatan Resep (Cook book)

·       Pendekatan Pengajaran

·       Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku ( Behavior Modification)

·       Pendekatan Sosial Emosional

·       Pendekatan Proses Kelompok

·       Pendekatan pluralistik

Pengertian pendekatan-pendekatan tersebut di atas, yakni:

a. Pendekatan Kekuasaan

Pengelolaan kelas berarti sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Peran guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.

b. Pendekatan Ancaman

Melalui pendekatan ini pengelola kelas juga diartikan sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa tetapi dilakukan melalui ancaman, seperti: melarang, menyindir, memaksa dan mengejek.

c. Pendekatan Kebebasan

Pengelola kelas diartikan sebagai proses untuk membantu siswa merasa bebas dalam mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan siswa.

d. Pendekatan Resep (Cookbook)

Pendekatan ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa tidak boleh dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi dalam kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.

e. Pendekatan Pengajaran

Pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa dengan suatu perencanaan dan pelaksanan pengajaran akan mencegah munculnya masalah tingkah laku siswa dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah atau menghentikan tingkahlaku siswa yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pengajaran yang baik.

f. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku (Behavior Modification)

Sesuai namanya, pengelola kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku siswa. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku siswa yang baik dan mencegah tingkahlaku yang kurang baik.

g. Pendekatan Sosial Emosional

Menurut pendekatan ini pengelola kelas merupakan prosesmenciptakan iklim sosial, emosional positif dalam kelas. Sosiol emosional positif, artinya ada hubungan baik yang positif antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa. Di sini guru adalah terhadap pembentukan hubungan pribadi itu. Peranannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang baik.

h. Pendekatan Proses Kelompok

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sitem sosial di mana proses Kelompok adalah merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah agar pengembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif.

i. Pendekatan Pluralistik

Pengelola kelas berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan belajar mengajar berlangsung efektif dan efisien. Guru dapat memilih 8 (delapan) pendekatan di atas dan ia bebas memilih pendekatan yang sesuai yang dapat dilaksanakan. Jadi pengertian kelas adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru dan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien. Pendekatan terakhir yang dijelaskan Sunariyo adalah pendekatan yang diberi kekuasaan kepada guru untuk memilih atau memadukan pendekatan-pendekatan dari poin 1 sampai 8.

Berbagai pendekatan yang diungkapkan Sunariyo di atas sebenarnya menurut Kourilsky dan Quaranta (1987: 31) pada dasarnya akan bertumpu pada 3 (tiga) tingkatan pendekatan yang terdiri dari hal-hal berikut :

a. Behavior modification

b. Assertive discipline

c. Psychoanalytic approach




Cukup Sekian Materi yang dapat saya sampaikan, 

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamith Thariq

Summassalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh. 

๐“๐ž๐ซ๐ข๐ฆ๐š kasih๐Ÿ’™

                      

                               ๐Ÿ’™ ุงุฑู†ู‰ ุฎู„ู‰ุฉ